Sabtu, 11 Oktober 2008

Siklus Alam Yang Indah

Kemarin( Rabu 8/10/08), Lagi-lagi saya terhenyak akan kebesarannya. Dan Setiap hari sepertinya kita ( Manusia,red) akan selalu dibuat kagum, kagum akan kebesaran Nya. Penasaran, Begini ceritanya. Siang itu, Saya sedang malas untuk kuliah. Waktu itu, tepat pukul 11 lebih lima menit. saya masih di Sekretariat Himpunan, padahal waktu itu sudah masuk waktu kuliah Biologi Laut.

Sebagai mahasiswa yang baik (Maaf, Saya ini bukan Mahasiswa Baik2) seharusnya saya sudah on time, duduk manis sambil berkutat dengan buku Mengulang mata kuliah minggu lalu yang diberikan sang dosen. Tapi saya masih belum insaf, saya masih di sekretariat himpunan yang makin mewah karena kini ada komputer dan sound sytemnya stereo pula.

Footbal Manager jadi hiburan yang melenakan, Bolos kuliah hari ini pun sempat terbersit di pikiran. tapi tak tahu, niat bejat saya urung ter-realisasi. saya tergerak untuk kuliah, (Biologi Laut, Dosennya bu Lita). Dapet Hidayah.

Masuk kelas, saya sudah telat 25 menit (luar binasa). Masuk tanpa perasaan bersalah, padahal semua teman sudah duduk rapi mendengarkan sang dosen berKhutbah tentang Mangrove.

Mulai dari dari morfologi hingga potensi dari sang mangrove pun diceritakan. Dan akhirnya sampai pada suatu bahasan tentang cara Mangrove beradaptasi di lingkungan dengan salinitas tinggi ( AKeh Garame/ Asin). Dan bagian ini lah inti ceritanya.

“Mangrove punya cara untuk beradaptasi di lingkungan salinitas tinggi,” jelasnya. kemudian ia menjelaskan tentang satu kehebatan mangrove, yakni ada kristal garamnya di balik hijau daunnya.

Mendengar penjelasan ini saya langsung teringat saat praktikum lapangan Ekologi Hewan di Wonorejo. Bersama sang asisten Mas Ekho ( Mantan Ketua PeCuk). Saya diajaknya merasakan kristal garam itu, menjilati daun mangrove jenis avicennia kalo ga salah( Berarti bener).

Dan kemarin hal itu benar-benar tergambar lagi. kandungan kristal garam dan daun mangrove, nantinya akan kembali menambah nutrien air pesisir saat daun-daun itu gugur. Benar-benar siklus yang indah, Subhanallah.

Dari guguran daun mangrove atau yang biasanya dikenal dengan detritus atau serasah, makroorganisme dan mikroorganisme mendapat nutrisi untuk berkembang. Serasah ini sangat ditunggu mereka (Makro/Mikroorganisme), maklum di lingkungan pesisir jumnlah fitoplankton (favorit menu mereka), sedikit ditemukan.

Diakhir postingan ini, saya ingin menutup dengan sedikit perenungan bahwa semua ini memang sudah di rencanakan oleh sang Maha Tahu. ” Dan disisinya lah kunci-kunci yang gaib, tidaklah ada mengetahui kecuali Dia, Dan Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan dan tidaklah gugur selembar daun kecuali dia mengetahuinya dan tidak pula jatuh sebutir biji dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah dan tidak pula yang kering kecuali sudah tertulis dalam lauhil mahfuudz.(An Naml : 59).

Jadi mari kita mengutuk semua oknum yang tak menghargai mangrove, menebang dan memutus siklus alam yang indah. kasihan lho sama si mikro makroorganisme yang ga dapat nutrien, ya kan, ayo buka hati kita!!.

oya, semoga setelah ini kita mampu lebih giat belajar. Belajar menemukan makna bahwa sesungguhnya semua yang kita pelajari akan lebih mendekatkan kita pada Sang Maha tahu, Amien. (januar indra)


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Subhanallah.............siklus alam emang indah n maknyus Yud
astagfirullah.........yudha masih males-malesan kuliah

Anonim mengatakan...

dulu sempat saya kira kamu salah jurusan yud. dari dulu yang hobi satwa dirumah kan aku.. kok kamu masuk biologi.. ternyata kamu pecinta mangrove sejati. *jangan sampai jadi pemuja pohon lho ya!*